Saya punya oleh-oleh “cinta” dari santapan rohani pagi ini,hehe. Datang telat sedikit, dan saat duduk keluarlah ruahan cinta dari sang Ustadz, what a moment!
Kalau ditanya arti cinta itu apa, dari dulu saya selalu berpikir pasti semua orang punya definisi masing-masing, bisa jadi kalau dikamuskan bisa jadi buku setebal 5 cm, hmm tapi apakah cinta yang kita pelihara selama ini sudah pada tempatnya? Wallahuallam…
Mari belajar mendefinisikannya kembali secara singkat bersama Ustadz Faried Hidayat.
Selama ini kita tidak salah jika menyebutkan bahwa cinta itu fitrah. Begitu pula rasa benci. Cinta dan benci merupakan fitrah, menyatu dengan diri manusia. Dalam cinta ada kesetiaan, dan dalam benci ada pengingkaran. Cinta haruslah ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya, bisa menjadi positif bisa pula negatif. Cinta dan benci bisa menjadi positif jika mengikuti Allah dan Rasul-Nya. Namun jika lepas dari aturan Allah maka cinta dan benci menjadi hal yang negatif. Oleh karena itu, cinta juga bisa berbuah surga atau neraka. Mencintai untuk ibadah akan membuahkan pahala dan pahala berbuah surga. Cinta dengan hawa nafsu berbuah dosa dan dosa berbuah neraka.
Nah jikalau cinta itu bukan karena Allah dan Rasul-Nya maka tak lain tak bukan cinta itu adalah hawa nafsu. Bahwa dalam hawa nafsu akan terasa indah dalam pandangan apa yang diinginkan manusia, namun di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (Ali Imran :14).
Dalam hidup, kita tidak bisa lepas dari dua dimensi yaitu Habluminallah dan Habluminannas. Cinta kepada Allah adalah cinta kepada Al Quran dan cinta kepada Rasul sebagai perwujudan cinta kepada manusia adalah cinta kepada Sunnah. Cinta kepada Al Quran dan Sunnah berbuah cinta kepada hari akhir. Di akhirat kita akan bersama dengan siapa-siapa yang kita cintai, dan jika cinta itu untuk Allah dan Rasul maka kita akan bersama Allah dan Rasul di akhirat kelak. Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu…(Ali Imran : 31). Itulah kesetiaan dalam cinta, mengikuti-Nya, melakukan semua atas nama-Nya
Al kisah Rasul mencintai keluarganya tetapi beliau lebih mencintai Allah. Beliau mengajarkan jangan sampai cinta kepada seseorang hingga melanggar aturan Allah.
Bagaimana manifestasi dari kecintaan terhadap Allah? Cintailah Quran dan Sunnah...
Bagaimana cara mencintai Allah yang sebenar-benarnya? Mari mengusahakan hal-hal berikut ini :
- berusaha menghinakan diri di hadapan Allah, dalam artian menghilangkan keangkuhan diri
- mengagungkan Allah dimana dan kapan saja
- mematuhi perintah Allah
- menjauhi larangan Allah
- penuh dengan keihklasan dan keridhoan
Well, cinta berarti bukan tentang “gombal-gombalan” ya? Hehe..
Bahasan di atas hanya bahasan singkat, jika lebih dieksplore pasti akan banyak yang bisa dihayati dan pasti membutuhkan waktu yang lama. Cinta fitri aja sampe berapa episode bukan? Lho?haha.
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam pembahasan, silakan dikoreksi, dan mari memohon ampun jika selama ini sering memelihara “hawa nafsu” dalam diri ;)
0 komentar:
Post a Comment