Friday, August 28, 2009

Serba Instant

Masa-masa tidak berpuasa di bulan puasa menjadi masa-masa tersiksa. Sulit cari makan di siang bolong terus harus makan atau minum di tempat-tempat tersembunyi (sampe minum pun kadang harus ke WC dulu, huoho). Menyiasati kondisi seperti ini, akhirnya belanja spontan makanan-makanan instant bungkusan, dari mulai bubur instant, mie instant, sampe kentang instant. Alhasil jadi biasa lemas-lemas karena kurang gizi atau gizi tak berimbang. Dilihat dari komposisinya, makanan-makanan ini banyak mengandung karbohidrat, tetapi kurang protein, vitamin dan mineral. Gejala paling mudah terasa yah seperti kurang bersemangat, mungkin akibat kurang energi dan ketidakseimbangan hormon (protein salah satu fungsinya membentuk zat pengatur hormon). Dicicip-cicip ternyata semua makanan instant ini rasa bumbunya sama, hehe rasa-rasa kaya akan MSG dan pengawet.

Usut punya usut, yang dikhawatirkan dari makanan instant ini adalah kalorinya yang tinggi, bukan sekedar unsur pengawet ato penyedapnya. Makanan instant sudah melalui proses berulang sehingga kandungan gula sederhana pada makanan instan mudah terserap tubuh. Padahal, ketika mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi, seperti kebanyakan makanan instan, menyebabkan rasa candu. Rasa ini didapat dari perasaan nikmat akibat gula darah yang lekas naik. Kemudian ada efek craving (perasaan ingin selalu ngemil), begitu gula darah turun cepat.

Selain indeks glikemik yang tinggi, makanan instan yang diolah berulang ini sudah pasti kurang mengandung serat. Padahal, pada kondisi normal, serat amat dibutuhkan untuk menjaga siklus buang air besar (BAB) secara teratur dan mengimbangi intake kalori yang terlalu banyak. Serat ini dibutuhkan untuk mengurangi penyerapan makanan yang diasup jadi kalau kurang serat akibatnya makanan cepat terserap.

Pola makan yang tinggi kalori dan kurang serat terus menerus, dapat menyebabkan kegemukan pada anak-anak. Apalagi makanan dengan indeks glikemik tinggi memicu produksi insulin terus menerus yang memungkinkan risiko diabetes pada anak akan meningkat.

Hehe, semoga ini cuma pola instant karena desakan situasi. Ketika berpuasa lagi, semoga bisa insyaf lagi asupan makanannya. Terkadang makan makanan instant terasa seperti guilty pleasure, jelas-jelas tau kurangnya apa, tapi senang mengonsumsi bukan?hehe...disajikan cepat dan murah meriahnya itu lho menjadi daya pikat. Jangan-jangan menjamurnya berbagai jenis makanan instant dan konsumsinya yang akhirnya juga meningkat, menyebabkan pola pikir yang serba instant juga :D.

Kalau diteliti kemungkinan peningkatan konsumsi makanan instant sebanding dengan peningkatan pendaftar Indonesian Idol atau KDI atau bahkan jalan pintas kaya dengan korupsi. (hehe just joke!)

Happy breakfasting everyone :)


Friday, August 14, 2009

Jalan kaki yuk!! :)

Tinggal di Jakarta 6 bulan terakhir ini, cukup melegakan karena tidak harus menikmati kemacetan Jakarta di pagi saat pergi kantor ataupun di sore saat pulang kantor. Cukup menyehatkan juga karena setiap pagi harus berjalan kaki dari kostan ke kantor. Hehe begitulah nikmatnya tempat tinggal dekat dengan aktivitas sehari-hari. Usut punya usut, berjalan itu menyehatkan dan sebaiknya kita berjalan konstan setiap hari minimal 10 menit.
Manfaatnya yaitu (dikutip dari Kompas 13 Agustus 09) :

- Meningkatkan energi
Berjalan kaki secara rutin, minimal 25 menit per minggu (dilakukan seminggu 3 kali), bisa meningkatkan energi tubuh hingga 18 persen. Ini menurut penelitian dari Pennington Biomedical Research Center. Angka itu bahkan bisa bertambah tinggi, apalagi lebih dari 10 menit dalam sehari.

- Terhindar dari diabetes tipe 2
Dari Program Pencegahan Diabetes diketahui, orang yang berjalan selama 150 menit dalam seminggu, mampu mengurangi risiko terkena diabetes hingga 58 persen. Namun, ini bila disertai dengan laju penurunan berat badan sebanyak 7 persen dari bobot tubuh.

- Menyehatkan otak
Penelitian seputar kaitan antara aktivitas berjalan kaki dengan fungsi kognitif menyimpulkan hal yang menarik. Wanita yang rutin berjalan dengan langkah ringan lebih dari 1,5 jam per minggu, memiliki kemampuan kognitif sangat baik, ketimbang yang aktivitas berjalan kakinya tak lebih dari 40 menit dalam seminggu.

- Memperkuat tulang
Wanita yang telah menopause disarankan untuk berjalan kaki sejauh 1,6 km secara rutin. Studi membuktikan kebiasaan ini mampu meningkatkan kekuatan massa tulang tubuh dan memperlambat penurunan kualitas tulang kaki.

- Menyehatkan jantung
Ini diketahui dari pengamatan terhadap 72.488 perawat dari Nurse's Health Study. Kebiasaan mereka berjalan kaki selama lebih dari 3 jam dalam seminggu, membuat risiko terhadap serangan jantung turun hingga 35 persen, dibandingkan para wanita yang jarang berjalan kaki.

Saat sedang berjalan kaki, pastikan postur tubuh kita sudah tepat. Postur yang benar saat berjalan sangatlah penting, agar kita dapat bernapas dengan baik, terhindar dari risiko sakit punggung dan bahu, serta meraih hasil latihan secara maksimal.

Postur ideal saat berjalan:
- Badan tegak, tidak lemas.
- Bahu tegap, tidak membungkuk ke depan.
- Dagu sedikit terangkat, tidak menunduk.
- Pandangan lurus ke depan, terarah ke objek sejauh 3-6 meter.

Hmm banyak bukan manfaatnya? apalagi untuk kita para wanita. So ladies, mari jangan bermalas-malasan untuk jalan :D.

Tuesday, August 11, 2009

Missing your well slumber?

Berhubung merasa tidur tidak cukup baik setiap malam, kadang terbangun atau bahkan sulit tidur, berikut info yang cukup menggembirakan. Karena ternyata hal tersebut belum tentu mengindikasikan insomnia. Mari kita simak tinjauan para ahli mengenai masalah sulit tidur berikut ini...

Seiring bertambahnya usia, kita mengalami penurunan kondisi fisik, psikologis, dan sosial. Ini dapat mempengaruhi kualitas tidur. Misalnya, sulit tidur atau mempertahankan fase tidur. Tidur jadi singkat dan kurang nyenyak. Berikut, beberapa cara untuk menyiasati masalah sulit tidur.

Ahli Gerontologi
DR. Dr. Czeresna Heriawan Soejono, SpPD-K, MEpid, Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia

Pahami apa yang terjadi. Tidur pada usia muda butuh waktu 6-8 jam sehari. Sedangkan, saat tambah usia, waktu tidur hanya 4 jam sehari dan tingkat pulasnya berkurang. Ini adalah hal yang normal. Tetapi kita sering mengartikannya sebagai insomnia, hanya lantaran kita panik.

Anjuran. Aturlah waktu dan pola tidur, dan hindari tidur siang. Meski, rasa kantuk sering datang usai makan siang. Isilah waktu dengan mengobrol atau menonton televisi. Pakailah waktu tidur yang singkat itu hanya di malam hari saja.

Ahli Farmakologi
Dr.
Alyya Siddiqa, SpFK, spesialis farmakologi klinik dan dosen di Departemen Farmakologi FKUPN Veteran, Jakarta

Efek samping obat, dapat menyebabkan gangguan tidur. Misalnya, obat antihipertensi seperti metildopa klonidin reserpin yang bekerja pada otak. Atau obat steroid dan obat yang mengandung kafein. Juga, obat golongan simpatomimetik yang bekerja seperti sistem saraf simpatis dan hormon adrenalin.

Anjuran. Setiap obat pasti ada efek sampingnya. Makin besar dosisnya, makin besar kemungkinan efek sampingnya. Jika memungkinkan, ganti obat dari golongan yang berbeda tapi khasiatnya sama, tanpa ada efek samping sulit tidur.

Spesialis Gizi
Dr.
Inge Permadhi, MS, SpGK, dokter spesialis gizi klinik dan staf Departemen Ilmu Gizi FKUI

Perhatikan jam makan. Makan terlalu kenyang atau merasa lapar dapat mengganggu waktu tidur. Penyebabnya, hipoglikemia atau turunnya kadar gula darah. Hindari makanan yang membuat sulit tidur seperti kopi, teh, cola, snack, atau minuman cokelat, makanan tinggi lemak, gula, protein, MSG.

Anjuran. Santaplah secukupnya makanan yang mudah dicerna, tak lewat dari waktu makan malam. Jika masih sulit tidur, asuplah cracker, buah, atau susu hangat. Ini dapat membuat pikiran rileks, dan Anda akan merasa mengantuk.

Sumber : Kompas, 16 Juli 2009