Senin 20 Juli kemarin, untuk kesekian kalinya bisa berkunjung kembali ke Tangkuban Perahu :D. Tapi kali ini sedikit berbeda, karena tanpa mobil pribadi dan gambling gimana cara nyampe kesana. Itung-itung travelling, jadi tancap saja.
Mari sedikit berbagi, buat yang ga pernah main kesana tapi terbatas atau bingung gimana caranya kesana, jangan sedih jangan bingung, karena ternyata mudah kok ;).
Dari Bandung, bisa naik angkot ke arah lembang, seperti stasiun-Lembang atau Ciroyom Lembang. Turun di Pasar Lembang, disini banyak omprengan ato angkot carteran ke Tangkuban Perahu. Disini harus jago nawar dan cari info harga pasaran ongkos kesana berapa. Salah salah bisa kemahalan ato ketipu berat. Kemarin waktu kesana, supir carteran nawarin harga 45 ribu per orang, dia bilang udah termasuk tiket masuk yang harganya 12.500 per orang. Hmm tampak mahal kan? cobalah ditawar sampai 25 ribu, masih susah juga akhirnya berdamai dengan 75 ribu untuk 2 orang. Bayangan perjalanannya seperti ini, dari pasar lembang itu, naik ke atas sekitar 8 km sampai di pintu masuk Tangkuban Perahu, dari pintu masuk masih ada 1,5 km lagi untuk sampai di kawahnya. So worthed kah kira2 harganya? hoho setelah sempat ngobrol2 dengan sopir angkot cikole Lembang, harga yang pantas sebenarnya 25 ribu saja cukup. Dongkol sih sedikit, tapi terbayar kok dengan kesenangan dan sejuknya suasana (tanpa memikirkan bau belerangnya ya, hehe).
Sampai di Tangkuban, dari parkiran, kawah terdekat adalah Kawah Ratu. Disebut Kawah Ratu karena ukurannya memang paling besar dibandingkan kawah lainnya, total kawah di Tangkuban Perahu ini ada 13 kawah. Pengunjung tidak diperkenankan untuk turun ke kawah Ratu ini karena uap gas berbahaya dari bawah sana. Jadi cukup lihat keindahannya dari pagar pembatas di atas kawah.
Tangkuban perahu ini tergolong gunung api aktif, yang merupakan sisa dari letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda. Ingat kan beberapa waktu lalu sempat siaga letusan?
Sesuai dengan karakter gunung api yang masih aktif, Tangkuban ini mengeluarkan bau uap belerang dan menjadi sumber air panas. Tapi tak perlulah konsen dengan baunya, cukup lihat saja pemandangan hijau di sekitarnya, yang cukup untuk menyejukan penat ibukota.
Di Tangkuban terdapat juga peninggalan masa lampau, semacam prasasti dan gua keramat. Tapi tak jelas juga peninggalan siapa adn fungsinya apa, karena tidak ada keterangan ataupun legenda di sekitarnya. Entah memang memanfaatkan tempat atau memang keramat, di sana ada pangkalan yang menjual air keramat, yang bisa digunakan untuk mandi. Tertarik? hehe entahlah apa gunanya.
Kawah lain yang sempat dikunjungi yaitu Kawah Domas. Dari parkiran, perlu berjalan kaki sekitar 1,5 km dan menuruni tangga-tangga alam dengan pemandangan sunyi di sekitarnya. Berbeda dengan kawah ratu, kawah domas ini dapat dilihat dari dekat. Bahkan kita dapat merebus telor disana dan juga merendam kaki setelah lelah berjalan jauh untuk mencapainya. Bagaimana bisa merebus telor disana? Yah bayangkan saja, bahwa di bawah kawah ada magma yang menjadi kompor bagi kawah di atasnya. Genangan air bercampur belerang disana diperkirakan bisa mendidih sampai 100 derajat celcius. Tapi untuk yang berendam tentu saja jauh di bawah suhu tersebut. Di bebatuan kawah, dapat dirasakan asap yang keluar dari lubang bebatuan, sebagai bukti lain ada gejolak panas magma di bawah sana.
Waktunya pulang..tidak disarankan pulang lebih dari jam 6 sore, karena kabut menghalangi jalan dan katanya hewan-hewan semacam macan, si tumang, dll main keluar di malam hari. Iya pun bertemu mereka di jalan, jangan pernah diusik yah ;).
Jalan pulang, tidak sejauh jalan pas perginya. Dari Kawah Domas, bisa lewat jayagiri, jalan sekitar 1 km, trus ketemu parkiran jayagiri. Dari situ (hehe) jalan kaki sampai pintu masuk Tangkuban Perahu. Tapi kalau beruntung, bisa dapat angkot arah Cikole, nah naik sajalah dengan senang hati!
Tangkuban perahu ini dapat menjadi bukti kreativitas manusia melihat fenomena sekitar. Dengan topografi yang mirip dengan perahu terbalik, maka dikreasikanlah cerita Sangkuriang. Dengan legenda tersebut, bisa menjadi daya jual dan trademark tersendiri. Terlepas dari dongeng tersebut, dari Tangkuban ini banyak yang bisa digali dan dinikmati, baik wisata flora, fauna, maupun Geologi. Atau bahkan, jika berminat, ada potensi industri disana, misalkan produksi belerang untuk dijadikan sediaan siap pakai semisal sabun atau obat jerawat :D.
Mari sedikit berbagi, buat yang ga pernah main kesana tapi terbatas atau bingung gimana caranya kesana, jangan sedih jangan bingung, karena ternyata mudah kok ;).
Dari Bandung, bisa naik angkot ke arah lembang, seperti stasiun-Lembang atau Ciroyom Lembang. Turun di Pasar Lembang, disini banyak omprengan ato angkot carteran ke Tangkuban Perahu. Disini harus jago nawar dan cari info harga pasaran ongkos kesana berapa. Salah salah bisa kemahalan ato ketipu berat. Kemarin waktu kesana, supir carteran nawarin harga 45 ribu per orang, dia bilang udah termasuk tiket masuk yang harganya 12.500 per orang. Hmm tampak mahal kan? cobalah ditawar sampai 25 ribu, masih susah juga akhirnya berdamai dengan 75 ribu untuk 2 orang. Bayangan perjalanannya seperti ini, dari pasar lembang itu, naik ke atas sekitar 8 km sampai di pintu masuk Tangkuban Perahu, dari pintu masuk masih ada 1,5 km lagi untuk sampai di kawahnya. So worthed kah kira2 harganya? hoho setelah sempat ngobrol2 dengan sopir angkot cikole Lembang, harga yang pantas sebenarnya 25 ribu saja cukup. Dongkol sih sedikit, tapi terbayar kok dengan kesenangan dan sejuknya suasana (tanpa memikirkan bau belerangnya ya, hehe).
Sampai di Tangkuban, dari parkiran, kawah terdekat adalah Kawah Ratu. Disebut Kawah Ratu karena ukurannya memang paling besar dibandingkan kawah lainnya, total kawah di Tangkuban Perahu ini ada 13 kawah. Pengunjung tidak diperkenankan untuk turun ke kawah Ratu ini karena uap gas berbahaya dari bawah sana. Jadi cukup lihat keindahannya dari pagar pembatas di atas kawah.
Tangkuban perahu ini tergolong gunung api aktif, yang merupakan sisa dari letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda. Ingat kan beberapa waktu lalu sempat siaga letusan?
Sesuai dengan karakter gunung api yang masih aktif, Tangkuban ini mengeluarkan bau uap belerang dan menjadi sumber air panas. Tapi tak perlulah konsen dengan baunya, cukup lihat saja pemandangan hijau di sekitarnya, yang cukup untuk menyejukan penat ibukota.
Di Tangkuban terdapat juga peninggalan masa lampau, semacam prasasti dan gua keramat. Tapi tak jelas juga peninggalan siapa adn fungsinya apa, karena tidak ada keterangan ataupun legenda di sekitarnya. Entah memang memanfaatkan tempat atau memang keramat, di sana ada pangkalan yang menjual air keramat, yang bisa digunakan untuk mandi. Tertarik? hehe entahlah apa gunanya.
Kawah lain yang sempat dikunjungi yaitu Kawah Domas. Dari parkiran, perlu berjalan kaki sekitar 1,5 km dan menuruni tangga-tangga alam dengan pemandangan sunyi di sekitarnya. Berbeda dengan kawah ratu, kawah domas ini dapat dilihat dari dekat. Bahkan kita dapat merebus telor disana dan juga merendam kaki setelah lelah berjalan jauh untuk mencapainya. Bagaimana bisa merebus telor disana? Yah bayangkan saja, bahwa di bawah kawah ada magma yang menjadi kompor bagi kawah di atasnya. Genangan air bercampur belerang disana diperkirakan bisa mendidih sampai 100 derajat celcius. Tapi untuk yang berendam tentu saja jauh di bawah suhu tersebut. Di bebatuan kawah, dapat dirasakan asap yang keluar dari lubang bebatuan, sebagai bukti lain ada gejolak panas magma di bawah sana.
Waktunya pulang..tidak disarankan pulang lebih dari jam 6 sore, karena kabut menghalangi jalan dan katanya hewan-hewan semacam macan, si tumang, dll main keluar di malam hari. Iya pun bertemu mereka di jalan, jangan pernah diusik yah ;).
Jalan pulang, tidak sejauh jalan pas perginya. Dari Kawah Domas, bisa lewat jayagiri, jalan sekitar 1 km, trus ketemu parkiran jayagiri. Dari situ (hehe) jalan kaki sampai pintu masuk Tangkuban Perahu. Tapi kalau beruntung, bisa dapat angkot arah Cikole, nah naik sajalah dengan senang hati!
Tangkuban perahu ini dapat menjadi bukti kreativitas manusia melihat fenomena sekitar. Dengan topografi yang mirip dengan perahu terbalik, maka dikreasikanlah cerita Sangkuriang. Dengan legenda tersebut, bisa menjadi daya jual dan trademark tersendiri. Terlepas dari dongeng tersebut, dari Tangkuban ini banyak yang bisa digali dan dinikmati, baik wisata flora, fauna, maupun Geologi. Atau bahkan, jika berminat, ada potensi industri disana, misalkan produksi belerang untuk dijadikan sediaan siap pakai semisal sabun atau obat jerawat :D.
1 komentar:
sebagai warga bandung, saya prihatin dengan oknum-oknum sopir angkot lembang...mereka adalah oknum yang tak bertanggung jawab mencari keuntungan wisatawan dengan memeras..segera tertibkan pak polisi. malu seagai warga bandung. saya warga parompong.
Post a Comment